WELCOME TO YOUNG SCIENTIST OF SMAGA
Dipikirkan Oleh Siswa-siswa Cerdas Dipikul Oleh Siswa-siswa Ikhlas
Direalisasikan Oleh Siswa-siswa Berani

Pengetahuan

  • Bisnis Tanaman Hias yang Berdaya Saing
“Bisnis tanaman hias harus dikembangkan secara modern dengan membangun sistem dan usaha agribisnis tanaman hias secara utuh. Untuk itu diperlukan enterpreneur dan manajer yang mampu mengoordinasikan keseluruhan sistem tersebut,” ungkap Prof. Dr. Ir. Bungaran Saragih, M.Ec., Menteri Pertanian periode 2000 – 2004, saat diwawancara AGRINA.
Bagaimana potensi dan prospek pasar agribisnis tanaman hias Indonesia?
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan agribisnis tanaman hias karena kita mempunyai wilayah yang luas, agroklimat tropis dan agroklimat subtropis di dataran tinggi, dan Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman sumberdaya florikultura yang cukup besar. Selain itu, Indonesia memiliki teknologi dan sumberdaya manusia untuk pengembangan tanaman hias.
Sementara itu prospek agribisnis florikultura masih cukup cerah baik di pasar domestik maupun mancanegara. Sebagai contoh, penduduk dunia yang terus tumbuh dengan tingkat pendapatan yang terus meningkat. Pertumbuhan kawasan pemukiman, pusat belanja, dan perkantoran akan meningkatkan permintaan terhadap tanaman hias. Serta meningkatnya pengetahuan masyarakat akan kesegaran dan keindahan juga meningkatkan permintaan akan tanaman hias.

Bagaimana perkembangan bisnis ini di Indonesia?
Agribisnis tanaman hias sebenarnya masih merupakan hal baru dari segi perhatian pemerintah. Baru pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Putri tanaman hias dilayani oleh satu direktorat di bawah Direktorat Jenderal Hortikultura. Pengamatan saat itu, tanaman hias mempunyai potensi yang sangat besar tetapi dikelola secara tradisional, dalam skala kecil-kecil, dan sebagian besar untuk kebutuhan pasar lokal. Sebenarnya tanaman hias bisa menjadi salah satu komoditas diversifikasi bagi petani berlahan sempit dan bisa memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan menanam produk pangan tradisional.
Grup-grup yang lebih besar pada saat itu sudah tumbuh tetapi sejarahnya mereka timbul dari pihak-pihak yang mempunyai hobi bunga dan tanaman hias. Memang sudah mulai ada unsur bisnisnya, tetapi motivasi hobinya masih sangat kuat. Sekalipun telah mulai ada yang mengekspor, skalanya masih kecil dan tidak kontinu.
Pada saat itu sistem agribisnis berbasis tanaman hias belum terbentuk secara komplet. Kaitan antara pasar, budidaya, dan jasa layanan masih sangat lemah. Organisasi dalam subsistem dan keseluruhan sistem  juga belum terbentuk dengan baik. Oleh karena itu daya saing dan usaha-usaha untuk merebut pasar terutama di luar negeri sangat lemah sekali.
Apa hambatan dan bagaimana solusinya?
Keadaan sekarang tampaknya belum banyak berubah. Kesulitan utama yang dihadapi pelaku agribisnis ini adalah masalah mengubah paradigma dari pertanian tradisional dan hobi ke  paradigma sistem dan usaha agribisnis. Apabila paradigma itu bisa diubah, maka akan terjadi perubahan dalam organisasi dan manajemen pada tingkat unit usaha dan pada tingkat sistem agribisnis secara keseluruhan. Dengan paradigma agribisnis, diharapkan aplikasi ilmu dan teknologi akan menjadi keharusan. Kombinasi dari itu semuanya akan bisa jalan apabila timbul enterpreneur (wiraausaha) dan manajer yang memberi perhatian pada bidang ini.
Bila kita lihat agribisnis tanaman hias di Belanda, Thailand, dan Singapura membutuhkan organisasi  yang cukup besar, butuh ilmu dan teknologi mutakhir, dan kapital besar. Jadi bisnis ini harus dikelola secara modern agar mampu bersaing di pasar internasional, tidak bisa dikelola secara tradisional dan kekeluargaan. Tidak hanya dalam hal teknologi budidaya juga dalam bidang pemasaran dan distribusi.
Agar bisnis ini menjadi bisnis yang modern seperti di negara-negara lain, dibutuhkan enterpreneur-enterpreneur yang difasilitasi oleh pemerintah melalui pendidikan, penyediaan infrastruktur, modal, dan kemudahan regulasi mengenai ekspor dan impor produk dan sarana yang dibutuhkan untuk itu. Sering sekali regulasi tidak mempermudah tetapi memperlambat. Sementara tanaman hias terutama bunga hanya mempunyai waktu singkat untuk pemasarannya. Keterlambatan sedikitnya akan mempengaruhi kualitas dan akan menjadi sia-sia semuanya.
Kelemahan agribisnis tanaman hias Indonesia juga karena kita meniru-niru material yang dikembangkan oleh negara lain dan kita mengimpor indukan dari sana. Sedangkan kita mempunyai material khas dengan iklim tropis yang seharusnya kita kembangkan. Jika kita mengembangkan tanaman hias khas tropis paling tidak bisa mengisi pasar internasional saat negara subtropis tidak berproduksi karena hambatan musim.
Hal lain yang menghambat bisnis ini adalah belum tersedia transportasi darat, laut, dan udara sesuai untuk tanaman hias yang mudah layu. Kita belum mempunyai sistem dan alat transportasi untuk melayani kebutuhan agribisnis tanaman hias. Solusinya, kita harus membangun sistem transportasi yang sesuai dengan kebutuhan tanaman hias.

comments powered by Disqus
Template by : Y-SOS kirmsan3lmj.blogspot.com